Jumat, 04 September 2015

TEMBANG KEHIDUPAN



Mari kita simak sedikit kebudayaan Jawa, yang merupakan bagian dari kearifan lokal, yaitu Tembang Jawa. Ternyata rangkaian tembang-tembang Jawa menggambarkan suatu siklus perjalanan hidup manusia, suatu rangkaian Tembang Kehidupan sebagai berikut : 

(1) Mas Kumambang. Dimulai dengan tembang Mas Kumambang, yang oleh sebagian orang Jawa dianalogikan dengan Emas yang Kumambang, yaitu diartikan sebagai Janin (Emas) yang ada (mengambang) di dalam perut ibu. 

(2) Mijil. Artinya muncul, dimaksudkan bagaikan munculnya seorang bayi dari goa garba ibunda, yaitu ketika sang jabang bayi dilahirkan. 

(3) Kinanti. Setelah lahir, setiap bayi akan dibawa (dikanti) kemana-mana oleh ayah bundanya, digendong kesana-kemari. 

(4) Sinom. Sing-enom (yang muda). Nama tembang ini  sebagai  simbol  dari  kehidupan  masa  remaja seseorang, menjadi Nom-noman (orang enom-orang muda). 

(5) Asmarandana. Dari kata-katanya sudah bisa ditebak, bahwa tembang ini ada hubungannya dengan soal asmara. Tembang ini diumpamakan tahap para muda-mudi yang mulai terkena panah asmara. 

(6) Gambuh. Ketika telah terjadi kecocokan, maka dua orang muda-mudi akan mengikatkan dirinya dalam sebuah perkawinan. Gambuh ini diartikan mirip dengan kata dalam bahasa Jawa "Jumbuh", yang artinya cocok. 

(7) Dandang Gula. Setelah memasuki masa perkawinan, pasangan muda akan mulai dengan manisnya kehidupan berumah tangga. Mereka mendandang Gula, memasak Gula yang rasanya manis. 

(8) Durma. Dengan semakin mapannya kehidupan rumah tangga, setiap keluarga akan lebih mampu melaksanakan darmanya kepada sesama dengan memberikan derma dalam bentuk apapun dalam rangkaian melaksanakan perintah Tuhan. 

(9) Pangkur. Semakin lama, setiap manusia tentu saja akan sampai kepada fase usia lanjut, secara pelan-pelan akan mungkur (mundur) dari dunia ramai, pensiun. 

(10) Megatruh. Semua manusia punya batas usia, untuk kemudian kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, meninggal dunia. Megatruh dapat diurai menjadi dua kata, yaitu “megat” dan “ruh”, megat berasal dari kata pegat (putus) dan ruh (nyawa). 

(11) Pucung. Terakhir, manusia yang sudah mati, akan dibungkus dengan kain mori putih, yang oleh orang Jawa disebut pocong, mendekati kata pucung.

Semua urutan tembang kehidupan tersebut diatas, ada yang sudah, sedang dan akan kita lalui. Mari kita jalani seluruh rangkaian proses itu dengan sabar dan tawakal, dengan tidak lupa mengisinya untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

-- Sumber : Anonim --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar